Cerita Sex 2016 | Maura Anak Sang Ibu Kost



KasaK KusuK - Inilah ceritaku yang dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada rekayasa dan tambahan sedikitpun. Pengalamanku bersama dengan anak ibu kostku yang sangat menggoda. Meskipun ibu kosnya galak banget namun itu semua tak menyurutku untuk berpacaran dan menyetubuhi anak gadisnya yang sangat cantik dan bahenol sekali.Panggil saja aku Denis, pengalamanku waktu itu saat aku berumur 23 tahun. Waktu itu aku sedang berkuliah disalah satu pergutuan tinggi terkemuka dikota. Karena jarak rumahku dan kampusku sangat jauh sekali, untuk menghemat waktu makanya aku putuskan untuk ngekos. Setelah aku mencari-cari dapatlah aku sebuah kos-kosan yang bebas dan
harganya juga sangta terjangkau. Saat aku menemui pemilik kos, aku melihat sorang gadis muda yang kelihatan masi seumuran SMA ada dirumah tersebut. Gadis itu sungguh mempesona sekali, tubuhnya sangat langsing, dengan wajah yang putih bersih, rambut hitam, hidungnya mancung, dan yang sangat membuatnya mempesona adalah bibirnya yang sangat
tipis sekali. Aku pun langsung suka dengan pandangan pertamaku.
Setelah beberapa minggu aku kos disitu akhirnya aku mengetahui kalau namanya adalah Maura. Dia masih SMA. Temaptku ngekos tercampur antara laki-laki dan perempuan namun ibu kosku juga tinggal satu atap dengan anak-anak kost yang lainnya. Walaupun begitu itu adalah keburuntunganku karena aku bisa mendekati anak gadisnya. Dan tak suatu sore aku bisa berkenalan dengan Maura, dan kurang lebih seminggu aku sudah berpacaran dengan Maura. Mungkin kita sama-sama suka karena aku juga berwajah ganteng dan kulitku juga putih bersih, kita Nampak sangat serasi sekali.
Pada awal kami berpacaran, Maura termasuk pelit untuk urusan mesra-mesraan. Jangankan untuk berciuman, minta pegang tangannya saja susahnya minta ampun! Padahal aku termasuk orang yang hypersex, dan aku sering kali melakukan onani untuk melampiaskan nafsu seksku, hingga sekarang. Aku bisa melakukan onani sampai tiga kali sehari.
Setiap kali fantasi dan gairah seksku datang, pasti kulakukan kebiasaan jelekku itu. Entah dikamar mandi menggunakan sabun, sambil nonton VCD porno dan seringnya sambil tiduran telungkup di atas kasur sambil kugesek-gesekkan penisku. Aku merasakan nikmat setiap orgasme onani. Bact to story, sejak aku dan Maura resmi jadian, baru dua minggu kemudian dia mau kucium pipinya. Itu pun setelah melalui perdebatan yang panjang, akhirnya ia mau juga kucium pipinya yang mulus itu, dan aku selalu ingin merasakan dan mengecup lagi sejak saat itu.
Hingga pada suatu malam, ketika waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh, aku, Maura dan Sinta anak kost yang lain masih asyik menonton TV di ruang tengah. Sementara ibu kostku serta 3 anak kost yang lain sudah pergi tidur. Kami bertiga duduk diatas permadani yang terhampar di ruang tengah. Sinta duduk di depan sementara aku dan Maura duduk agak jauh dibelakangnya. Lampu neon yang menyinari ruangan selalu kami matikan kalau sedang menonton TV. Biar tidak silau kena mata maksudnya. Atau mungkin juga demi menghemat listrik. Yang jelas, cahaya dari TV agak begitu samar dan remang-remang.
Sinta masih asyik menonton dan Maura yang disampingku saat itu hanya mengenakan kaos ketat dan rok mini matanya masih konsen menonton film tersebut. Sesekali saat pandangan Sinta tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng memeluk pinggang Maura. Entah Maura terlalu memperhatikan film hingga tangannya tidak menepis saat tanganku memeluk tubuhnya yang padat. Dia malah memegang rambutku, dan membiarkan kepalaku bersandar di pundaknya. Terkadang kalo pas iklan, Maura pura-pura menepiskan tanganku agar perbuatanku tidak dilihat Sinta. Dan saat film diputar lagi, kulingkarkan tanganku kembali.
“I love you, honey..” Bisikku di telinganya.
Maura menoleh ke arahku dan tanpa sepengetahuan Sinta, ia mendaratkan ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kali aku dicium seorang cewek, tanpa aku minta pula. Situasi seperti ini tiba-tiba membuat pikiranku jadi ngeres apalagi saat Maura meremas tanganku yang saat itu masih melingkar di pinggangnya, dan matanya yang sayu sekilas menoleh ke arah Sinta yang masih nongkrong di depan TV. Aman, pikirku.Apalagi ditambah ruangan yang hanya mengandalkan dari cahaya Tv, maka sesekali tanganku meremas payudara Maura. Maura menggelinjang, sesekali menahan nafas. Lutut kanannya ditekuk, hingga saat tangan kiriku masuk ke dalam daster bagian bawah yang agak terbuka dari tadi, sama sekali tidak diketahui Sinta. Mungkin ia konsen dengan film, atau mungkin juga ia sudah ngantuk karena kulihat dari tadi sesekali ia mengangguk seperti orang ketiduran.
Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri leher Maura yang putih mulus sementara tangan kiriku menggesek-gesekkan perlahan vagina Maura yang masih terbungkus celana dalam. Ia mendesah dan mukanya mendongak ke atas saat kurasakan celana dalamnya mulai basah dan hangat. Mungkin ia merasakan kenikmatan, pikirku.Tanganku yang mulai basah oleh cairan vagina Maura buru-buru kutarik dari dalam roknya, ketika tiba-tiba Sinta bangkit dan melihat ke arah kami berdua. Kami bersikap seolah sedang konsen nonton juga.
“Aku ngantuk. Tidur duluan ya.. nih remote-nya!” ujar Sinta sambil menyerahkan remote TV pada Maura.
Sinta kemudian masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Aku yang tadi agak gugup, bersorak girang ketika Sinta hanya pamitan mau tidur. Aku pikir dia setidaknya mengetahui perbuatanku dengan Maura. Bisa mati aku. Maura yang sejak tadi diam (mungkin karena gugup juga) matanya kini tertuju pada TV. Aku tahu dia juga pura-pura nonton, maka saat tubuhnya kupeluk dan bibirnya kucium dia malah membalas ciumanku.
“Kita jangan disini Say, nanti ketahuan..” Bisiknya diantara ciuman yang menggelora.
Segera kubimbing tangan Maura bangkit, setelah mematikan TV dan mengunci kamar Maura, kuajak dia ke kamar sebelah yang kosong. Disini tempatnya aman karena setiap yang akan masuk ke kamar ini harus lewat pintu belakang atau depan. Jalan kami berjingkat supaya orang lain yang telah tertidur tidak mendengar langkah-langkah kami atau ketika kami membuka dan menutup kunci dan pintu kamar tengah dengan perlahan.
Setelah kukunci dari dalam dan kunyalakan lampu kamar kuhampiri Maura yang telah duduk di tepi ranjang.
“Aku cinta kamu, Maura..” ujarku ketika aku telah duduk disampingnya.
Mata Maura menatapku lekat. Sejenak kulumat bibirnya perlahan dan Maura pun membalas membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami kembali makin memburu menahan rangsangan yang kian menggelora. Desahan bibirnya yang tipis makin mengundang birahi dan nafsuku. Kuturunkan ciumanku ke lehernya dan tangannya menarik rambutku. Nafasnya mendesah. Aku tahu dia sudah terangsang, lalu kulepaskan kaosnya. Payudaranya yang padat berisi ditutupi BH berwarna merah tua. Betapa putih kulitnya, mulus tak ada cacat. Kemudian bibir kami pun berciuman kembali sementara tanganku sibuk melepaskan tali pengikat BH, dan sesaat kemudian kedua payudaranya yang telah mengeras itu kini tanpa ditutupi kain sehelai pun.
Kuusap kedua putingnya, dan Maura pun tersenyum manja.
“Ayo Say, lakukanlah..” Ujarnya.
Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai kujilati payudaranya bergantian. Sementara tangan Maura membantu tanganku melepaskan kemeja yang masih kukenakan. Kukecup putingnya hingga dadanya basah mengkilap. Betapa beruntungnya aku bisa menikmati semua yang ada ditubuhnya. Tangan kananku yang nakal mulai merambah turun masuk ke dalam roknya, dan kugesek-gesekkan pelan di bibir vaginanya. Maura menggelinjang menahan nikmat, sesekali tangannya juga ikut digesek-gesekkan kesekitar vaginanya sendiri.
Bibirnya mendesah menahan kenikmatan. Matanya terpejam, Sebentar kemudian vaginanya mulai sedit basah. Dan kami pun mulai melepaskan celana kami masing-masing hingga tubuh kami benar-benar polos. Betapa indahnya tubuh Maura, apalagi ketika kulihat vaginanya yang terselip diantara kedua selangkangannya yang putih mulus.
“Wah.. punyamu oke Maura, Ok’s banget..” ujarku terpana, Begitu mulus memang, ditambah dengan bulu-bulu lebat disekitar bagian sensitifnya.
“Burungmu juga besar dan bertenaga. Aku suka Say..” Balasnya sambil tangannya mencubit pelan kemaluanku yang sudah tegak dari tadi.
“Come on Honey..” Pintanya menggoda.
Aku tahu Maura sudah begitu terangsang maka kemudian kusuruh Maura berbaring di atas kasur. Dan aku baringkan tubuhku terbalik, kepalaku berada di kakinya dan sebaliknya(posisi 69). Kucium ujung kakinya pelan dan kemudian ciumanku menuju hutan lebat yang ada diantara kedua selangkangannya. Kukecup pelan bibir vaginanya yang sudah basah, kujilat klitorisnya sementara mulut Maura sibuk mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir vaginanya yang merah itu kulumat habis tak tersisa. Ehm, betapa nikmatnya punyamu Maura, pikirku. Ciumanku terus menikmati klitoris Maura, hingga sekitar vaginanya makin basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.
Kedua jari tanganku aku coba masukkan lubang vaginanya dan kurasakan nafas Maura mendesah pelan ketika jariku kutekan keluar masuk.
“Ahh.. nikmat Sayanng..ahh..” erangnya.
Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir klitorisnya dan Maura makin menahan nikmat. Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan tanganku, dan kulihat Maura sedikit kecewa ketika aku menghentikan permainan jariku.
“Jangan sedih Say, aku masih punya permainan yang menarik, okay?”
“Oke. Sekarang aku yang mengatur permainan ya?” ujarnya.
Aku mengangguk.Jujur saja, aku lebih suka kalau cewek yang agresif.Maura pun bangkit, dan sementara tubuhku masih terbaring di atas kasur.
“Aku di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu jangan nusuk dulu ya Say?”
Tanpa menunggu jawabanku tubuh Maura menindih tubuhku dan tangan kanannya membimbing penisku yang telah berdiri tegak sejak tadi dan bless..ah, Maura merasa bahagia saat seluruh penisku menembus vaginanya dan terus masuk dan masuk menuju lubang kenikmatan yang paling dalam. Dia mengoyang-goyangkan pantatnya dan sesekali gerakannya memutar, bergerak mundur maju membuat penisku yang tertanam bergerak bebas menikmati ruang dalam liang vaginanya.
Maura mendesah setiap kali pantatnya turun naik, merasakan peraduan dua senjata yang telah terbenam di dalam surga.Tanganku meremas kedua payudara Maura yang tadi terus menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan tergerai diterpa angin dingin yang terselip diantara kehangatan malam yang kami rasakan saat ini. Kubiarkan Maura terus menikmati permainan ini. Saat dia asyik dengan permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya dan kuangkat badanku yang terbaring sejak tadi kemudian lidah kami pun beradu kembali.
“Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa bahagianya hidupku ini Maura ” bisikku pelan
“Aku juga, dan ku berharap kita selalu bersama selamanya..”
Sepuluh menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Maura mulai lemah. Aku tahu kalau dia mulai kecapekan dan aku yang mengambil inisiatif serangan. Kutekan naik turun pinggangku, sementara Maura tetap bertahan diam. Dan suara cep-clep-clep.. setiap kali penisku keluar masuk vaginanya.
“Ahh teruss Sayanng..teruss..nikmatt..ahh..ahh..” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Maura, dan aku pun makin menggencarkan seranganku.
Ingin kulibas habis semua yang ada dalam vaginanya. Suara ranjang berderit, menambah hot permainan yang sedang kami lakukan. Kutarik tubuh Maura tanpa melepaskan penisku yang sedang berlabuh dalam vaginanya dan kusuruh dia berdiri agar kami melakukan gerakan sex sambil berdiri.
“Kamu punya banyak style ya say?” katanya menggoda.
“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku sambil mulai menggesek-gesekan pebisku kembali.
“Ahh teruss..teruss..” desah Maura ketika penisku berulang kali menerobos vaginanya.
Kupeluk tubuh Maura erat sementara jari tangan kirinya membelai lembut bulu-bulu vaginanya, dan sesekali membantu penisku masuk kembali setiap kali terlepas. Keringat membasahi tubuh kami. Lehernya yang mulus kucium pelan, sementara nafas kami mulai berdegup kencang.
“Sayaanng, keteteran nih, mau klimaks. Jangan curang dong..”
“Oke, tahan dulu Maura” dan kucabut batang penisku yang telah basah sejak tadi.
Kusuruh Maura nungging di ranjang, sementara tanganku mengarahkan penisku yang telah siap masuk kembali. Dan kumasukkan sedikit demi sedikit hingga penisku ambles semua ke dalam surga yang nikmat.
“Ah..tekan Saayaanng..enaakk..teruss Sayanng..” Erangnya manja setiap kali penisku menari-nari di dalam vaginanya.
Tanganku memegang pinggangnya agar gerakanku teratur dan penisku tidak terlepas,.
“Ohh..nikmat sekali Saayaanng..teruss..teruss..” desahnya.
Betapa nikmatnya saat-saat seperti ini..dan terus kuulang sementara mulut kami mendesah merasakan kenikmatan yang teramat sangat setiap kali penisku mempermaikan vaginanya.
” Saayaanng..aku mo keluar nih..udah ngga tahan..ahh..ahh..” ujar Maura tiba-tiba.
“Tahan Sayang, aku juga hampir sampai..” aku menekan-nekan penisku kian cepat, sehingga suara ranjang ikut berderit cepat.
Dan kurasakan otot-otot penisku mengejang keras dan cairan spermaku berkumpul dalam satu titik.
“Aku keluar sekarang Sayang..” penisku kucabut dari lubang vaginanya dan Maurapun seketika membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya, mengocok-ngocok batang penisku yang kemerahan dan saat kurasakan aku tak mampu menahan lagi kutaruh penisku diantara kedua belah payudaranya dan kedua tangan Maura pun menggesek-gesekkan payudaranya yang menjepit batang kemaluanku dan..croott..croott.. spermaku jatuh disekitar dada dan lehernya Sebagian tumpah diatas sprei. Maura menjilati penisku membersihkan sisa-sisa spermaku yang masih ada.
“Kamu ternyata kuat juga Say, aku hampir tak berdaya dihadapanmu” kubelai rambut Maura yang sudak acak-acakan tak karuan.
“Aku juga ngga nyangka kamu sehebat ini Say..”desahnya manja .
Waktu sudah menunjukkan setengah satu malam Dan setelah kami istirahat sekitar lima belas menit, kami memakai pakaian kami kembali dan membereskan tempat tidur yang sudah berantakan. Dan tak lama kemudian kami pun pergi tidur dikamar masing-masing melepaskan rasa lelah setelah kami ‘bermain” tadi.
Begitulah kisahku dengan Maura, setiap hari kami selalu melakukannya setiap kali kami ingin dan ada kesempatan. Kami melakukannya di kamar sebelah kalau malam hari, kamar kostku, atau bahkan dikamar mandi sambil mandi bareng disaat rumah kost kosong hanya ada kami berdua.
Hingga pada suatu hari Maura harus pindah ke luar kota untuk pindah kuliah. Aku benar-benar kehilangan dia, dan ingin kuterus bersamanya. Pernah beberapa kali kususul ke tempatnya yang baru dan kami melakukannya berkali-kali di hotel tempat kami menginap. Seterusnya begitu jika ada waktu senggang aku menyusulnya Maura dan kita kembali memuaskan hasrat terpendam kita hingga aku dan Maura merasa sangat puas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar